PERKEMBANGAN SARANA TRANSPORTASI DI INDONESIA



1.   Sarana Transportasi Darat
Di bidang transportasi darat, fungsi jalan raya sebagai sarana lalu lintas semakin penting. Oleh karena itu, pemerintah telah mengarahkan pembangunan transportasi pada usaha rehabilitasi dan pemeliharaan jalan raya yang sudah ada. Pembangunan jalan raya baru dilakukan untuk membuka daerah yang terisolasi guna menghubungkannya dengan pusat-pusat prosukdi di daerah. Sampai dengan Repelita IV, jalan raya yang sudah dibangun sepanjang 42.9982 km. Selama Repelita V, perhatian difokuskan dan diprioritaskan pada pembangun jalan raya di daerah pusat-pusat produksi dan daerah-daerah pemasaran. Selama Repelita V ini pula, oemerintah telah membangun dan mengembangkan jalan raya di kawasan timur Indonesia. Pada tahun 1993/1994, 152 km jalan raya dibangun di Irian Jaya, Sulawesi sepanjang 46 km, Kalimantan sepanjang 248 km, dan Maluku sepanjang 23 km. Di samping itu, jembatan-jembatan juga dubangun seperti Jembatan Memberamo di Irian Jaya dan Jembatan Barito di Kalimantan.

Untuk mengatasi meningkatnya tuntunan kebutuhan manusia akan transportasi yang cepat di kota-kota, seperti Kota Jakarta telah dibangun beberapa ruas jalan tol dan jalan layang, misalnya jalan tol Cawang Interchange, jalan layang Semanggi dan jalan tol Lingkar Luar Selatan. Selain itu, untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas di Jakarta pembangunan jalan tol juga untuk menghubungkan pelabuhan Taut Tanjug Priok ke daerah-daerah produksi di Jawa Tengah atau sebaliknya. Dengan demikian, aktivitas ekonomi menjadi semakin lancar sehingga meninggkatkan pula kesejahteraan rakyat.
Pembangunan jalan kereta api diarahkan pula pada upaya rehabilitasi infrastruktur dan penyediaan tambahan perlengkapan operasional untuk meningkatkan pengadaan jalan-jalan kereta api. Upaya-upaya tersebut diiringi dengan pengadaan sarana transportasi kereta api yang lebih modern.
Pada tanggal 31 Juli 1995 telah diresmikan kereta api ekspres berkecepatan maksimum 120 km/jam lintas Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Bandung. Menurut B.J. Habibie, Menristek kala itu meskipun kecepatan meksimumnya hanya 120 km/jam bukan berarti Indonesia tidak bisa membuat yang lebih cepat. Tetapi kondisi rel Jakarta-Surabaya yang ada tidak memungkinkan untuk lebih cepat. Dengan kereta api ekspres, jarak Surabaya-Jakarta yang biasanya ditempuh dalam waktu 14 jam, maka hanya diperlukan waktu 9 jam.
Kereta api yang terdiri dari 10 gerbong tersebut tiak perlu berhenti meskipun terjadi kerusakan pada mesin atau listriknya. Jadi perbaikan bisa dilakukan sambil jalan. Ini dimungkinkan karena diantara rangkaian kereta api itu ada gerbong khusus yang memberikan tenaga untuk lidtrik dan AC serta gerbong untuk reparasi yang memuat berbagai alat perbengkelan. Rangkaian kereta api yang diberi nama Argo Bromo Ekspres untuk lintas Jakarta-Surabaya mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang cukup besar yaitu 500 penumpang, dimana masing-masing gerbong berisi 50 orang, jadi sama dengan jumlah penumpang kapal Palindo jaya. Di samping itu juga diadakan kereta api Gede Ekspres lintas jakarta-bandung dengan jarak tempuh hanya 2 jam saja.
Kereta api yang didesain untuk para eksekutif ini dilengkapi dengan telepon dan berbagai peralatan komunikasi lainnya sehingga mereka selama perjalanan tetap dapat menjalankan kegiatannya. Dengan pertimbangan itulah, harga tiket yang mencapai 60% dari tiket pesawat terbang kiranya tidak terlalu mahal.

2.   Sarana Transportasi Laut
dalam bidang transportasi laut, sarananya pun telah mengalami perkembangan yang memuaskan. Selama Repelita V, upaya yang dilakukan pemerintah adalah merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas infrastruktur yang ada, seperti pengadaan kapal Feri, pengangkutan barang, perbaikan pelabuhan-pelabuhan laut, terminal peti kemas, dan dermaga-dermaga untuk memperlancar lalu lintas antarpulau dan meningkatkan perdagangan domestik dan internasional. Hasilnya, selama Repelita V terjadi peningkatan produktivitas rata-rata setiap tahunnya.
Konferensi INAP kedua yang diselenggarakan di Surabaya diharapkan oleh kalangan bisnis di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya lebih  merupakan sebagai ajang tukar informasi yang mampu meningkatkan kinerja pelabuhan dalam rangka menghadapi pasar bebas. Selain itu, melalui INAP Pemda Jawa Timur juga dapat menjual potensi produknya ke negara-negara INAP sekaligus memberdayakan masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja.
Selain itu, upaya pemerintah akhir-akhir ini adalah dengan meluncurkan 2 kapal mewah buatan PT PAL Surabaya yaitu KM Prangango dan KM Willis yang berkapasitas 500 orang penumpang dan bermarkas di Bitung, Manado, Sulawesi Utara. Kedua kapal ini direncanakan akan melayari perairan pantai utara dan selatan. Irian Jaya agar memudahkan transportasi dari dan ke daerah itu. Perkembangan transportasi laut dewasa ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi yang telah membuat bangsa Indonesia mampu memproduksi kapal Palindo Jaya dengan kapasitas 500 orang penumpang yang dibuat untuk menunjang sarana transportasi laut yang lebih cepat dan aman.

3.   Sarana Transportasi Udara
Perkembangan di bidang transportasi udara ditandai dengan semakin mudah dan cepatnya hubungan atau perjalanan melalui udara, baik antarapulau maupun antarnegara. Hal tersebut dimungkinkan karena telah semakin tersedianya sarana transportasi udara yang cukup memadai, seperti bandar udara, pesawat-pesawat angkut penumpang, maskapai penerbangan nasional seperti Garuda Indonesia, maskapai penerbangan perintis seperti Merpati Nusantara, Mandala, Bouroq, dan Sempati. Jumlah kapasitas penumpang dan barang yang diangkut melalui pelayanan transportasi udara internasional selama Repelita V adalah 2.829.438 penumpang atau meningkat 9,9 % per tahun dan 65.014 ton barang atau meningkat 7,7 % per tahun.
Dua maskapai penerbangan, yaitu Garuda Indonesia dan
Merpati Nusantara telah membuka jalur penerbangan ke Timur Tengah, Asia, Amerika Serikat, dan kawasan Asia Pasifik. Jalur tersebut menuju atau dari kota-kota di Indonesia. Pada tahun 1994, Garuda Indonesia lebih memusatkan kepada jalur penerbangan internasional khususnya kawasan Asia Pasifik. Sebagai langkah awal, Garuda Indonesia membuka jalur penerbangan Jakarta-Bombay dua kali seminggu dan juga membuka rute ke Kansai, Jepang tiga kali seminggu, sedangkan penerbangan jalur domestik dilimpahkan kepada Merpati Nusantara.
Dengan semaikn banyaknya jalur penerbangan yang dibuka, kemungkinan meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut pun akan semakin besar. Di samping itu, masyarakat akan semakin mudah dan cepat melakukan perjalanan dari satu pulau ke pulau lain atau dari Indonesia ke luar negeri atau sebaliknya. Akan tetapi memiliki kondisi bangsa Indonesia saat ini, banyak maskapai penerbangan menjadi lesu. Di samping masalah krisis ekonomi yang tak kunjung usai, masalah keamanan agaknya ikut andil dalam mengurangi wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Untuk itu perlu adanya kerja sama dari semua pihak agar semua berjalan stabil dan kembali lancar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar