Ibadah
puasa memang merubah proses makan sekaligus merubah proses pencernaan dan
metabolisme tubuh. Bagaimana tinjauan puasa dengan kesehatan pada umumnya
sekaligus proses metabolisme tubuh? Penertian sehat menurut WHO-PBB : “Health
is a state of complete physical, mental and social well being, not merely the
absence of diseases or infirmity”. Sehat merupakan keseluruhan keadaan fisik,
mental dan sosial yang baik, bukan hanya tidak terkena penyakit atau kondisi
tidak nyaman. Sedangkan makna yang dimensi kesehatan dalam islam adalah
meliputi berikut : kesehatan tubuh (body health), kesehatan mental (mental
health), kesehatan moral (moral health), kesehatan spiritual (spiritual
health).
Perubahan
waktu makan dari biasanya secara umum memang mempengaruhi sistem metabolisme
tubuh. Metabolisme bisa diartikan sebagai keseluruhan proses biokimia di dalam
tubuh, meliputi pertukaran zat, proses pencernaan, respirasi, sirkulasi,
ekskresi, koordinasi, imunitas. Masuknya makanan ke dalam tubuh secara umum
juga termasuk ke dalam proses metabolisme tubuh. Nahkan makanan yang masuk akan
mengalami pencernaan secara mekanik dan kimiawi, diedarkan oleh sistem
sirkulasi selanjutnya dioksidasi menjadi energi. Energi dalam bentuk Adenosin
tri Phosphat (ATP) untuk berbagai kehidupan, pembelahan sel, pembentukan sel
baru, sintesis protein, gerak, respon syaraf, imunitas, aktivitas semua organ
tubuh dan sebagainya. Bagaimana konsumsi makanan yang berubah terhadap proses
metabolisme? Perhatikan contoh sistem organ pencernaan berikut:
Coba kita
hitung, rentang waktu makan selama puasa. Jarak waktu imsa’-berbuka sekitar
14jam, sedangkan waktu tidak puasa jeda waktu sekitar 6-8 jam. Perbedaan waktu
tersebut bisa memberi kesempatan organ/kelenjar pencernaan untuk “istirahat”
sekaligus memperbaiki fungsinya (sekresi enzim, absorbsi).
Termasuk
hak untuk istirahat bagi organ tubuh kita. Pankreas tetap memproduksi hormone
insulin (mengubah glukosa ke glikogen), sekresi enzim tripsin, lipase. Hati
memproduksi garam empedu dan penetral racun bagi makanan, lambung memproduksi
HCl, enzim renin, pepsin. Yang berubah mungkin produksi HCl oleh lambung
sementara makanan ke lambung tidak ada menimbulkan bau mulut. Ada kekhawatiran
puasa dengan para penderita beberapa penyakit, misalnya kolesterol tinggi, hipertensi,
diabetes militus (kencing manis). Seorang ahli apoteker pernah mengukur kadar
kolesterol sebelum puasa dibandingkan ketika puasa. Hasil tes menunjukkan bahwa
kadar kolesterol turun pada 10 hari pertama puasa. Kolesterol merupakan jenis
lemak yang untaiannya panjang dan sulit bahkan tidak bisa dicerna sehingga kebneradaannya seringkali mengganggu. Meski
tidak semua kolesterol mengganggu, namun keberadaannya yang melebihi ambang
batas dapat menempel di dinding pembuluh darah segingga menyebabkan tekanan
darah lebih tinggi, penyumbatan dinding pembuluh darah (arteri, vena). Kalau
penyumbatan pembuluh darahnya pada organ otak bisa menyebabkan stroke. Jadi,
dari hasil cek kadar kolesterol yang menurun selama puasa, bukankah puasa
membawa berkah sehat!
Kadar gula
(glukosa) dalam darah dikontrol oleh hormon insulin dan jumlah asupan gula yang
dikonsumsi. Glukosa bisa berupa makanan yang mengandung glukosa langsung atau
hasil pencernaan makanan yang mengandung karbohidrat. Dengan puasa, penderita
diabet bisa mengatur masuknya makanan termasuk karbohidrat, gula dan lainnya.
Gejala lesu, mudah mengantuk dan mudah capek memang menjadi gejala umum
penderita diabet, bukan semata-mata karena berpuasa. Dari uraian singkat di
atas, jelaslah bahwa puasa tidak untuk menambah parah penderita penyakit
tertentu, justru bisa mengontrol sebagai fungsi organ tubuh, kadar glukosa,
kadar kolesterol. Sesungguhnya puasa adalah menguji kesabaran bagi umat untuk
patuh pada perintah kebajikan.
0 komentar:
Posting Komentar