PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI INDONESIA



Buddha sebenarnya bukanlah suatu agama dalam arti ketuhanan atau kedewaan. Buddha adalah ajaran untuk membebaskan manusia dari lingkaran samsara dari penderitaan (lahir, hidup, mati, lahir lagi). Buddha juga bukan merupakan nama orang tetapi sebutan bagib mereka yang sudah mendapatkan “bodoh”, yakni orang yang mendapatkan penerangan Agung, mendapatkan wahyu dan telah sadar akan makna hidup. Ajaran Buddha diperkenalkan oleh Siddharta putra Raja Sudodhana dari Kerajaan Kapilawastu dengan permaisuri Maya, yang lahir pada 563 SM. Pangeran Siddharta mempunyai seorang istri dan anak. Pada masa kecil ia diramalkan menjadi seorang besar, menjadi penguasa dunia. Oleh karena itu, orang tuanya menjaga agar Siddharta jauh dari segala penderitaan, susah atau sengsara.

Kehidupan ini justru membuat Siddharta jenuh dengan kemewahan dan kenikmatan. Ia keluar istana dan melihat 4 peristiwa dalam hidup. Ia melihat orang tua, orang sakit, melihat mayat, dan melihat seorang pendeta. Dari peristiwa ini Siddharta menyimpulkan bahwa hidup itu tidak selamanya baik, nikmat, tetapi ada penderitaan, ada batasnya. Maka jalan hidup yang paling adalah seperti pendeta. Dengan hati yang bulat Siddharta meninggalkan istana dengan segala kemewahan mengembara manjadi pendeta dan mendapat gelar Sakyamuni (Pendeta dari keluarga Sakya).
Pada suatu saat ia bersemedi dibawah pohon bodhi. Ia mendapat banyak godaan termasuk dari Raja Setan Mara. Pada malam bulan purnama bulan Waisaka (April-Mei), Siddharta mencapai apa yang dicita-citakan yakni mencapai kebangunan agung atau kesadaran agung, samyaksambodhi atau kesadaran agung. Peristiwa itu sekarang diperingati sebagai hari Waisak.
Setelah mendapatkan bodhi, Siddharta Gautama Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali di Taman Rusa di Desa  Sarnath Banares. Ia mengajar selama 45 tahun dan wafat di usia 80 tahun di Kusinagara tahun 483 SM. Keempat tempat inilah yang kemudian oleh Kaisar Asoka diberi tanda yang dikenal dengan tiang Asoka (tugu Asoka). Sebagai lambang kelahiran Buddha diberi tanda bunga Sejora, pohon bodhi atau Pippala sebagai lambang pertama kali mengajar, dan stupa sebagai lambang kematian. Kota-kota inilah yang sampai sekarang dijadikan kota suci agama Buddha.
Siddharta Gautama mendapat beberapa sebutan antara lain:
a.    Buddha, artinya orang yang telah mencapai bodhi (kesempurnaan, penerangan, atau kesadaran),
b.  Tathagatha, artinya orang yang sudah mencapai kenyataan,
c.  Jina, artinya adanya orang telah mencapai kemenangan dan,
d.  Sakyamuni, artinya orang yang bijaksana, pendeta dari dinasti Cakya.
Buddha bukanlah nama orang, melainkan sebutan bagi mereka yang sudah mendapatkan kesempurnaan atau penyadaran untuk memahami dan melihat arti dari kehidupan. Siddharta Gautama adalah orang yang mendapatkan bodhi sehingga ia disebut Buddha. Selama bersemedi ia mengetahui segala apa yang sudah lampau sebelum ia dilahirkan sebagai Siddharta. Kemudian ia mengetahui segala kejadian yang sedang berlangsung. Pada tahap yang ketiga menjelang tengah malam itu ia mengetahui sebab yang sebenarnya dari penderitaan itu dan bagaimana mengatasinya, dan pada mulanya Buddha bukan suatu agama dalam arti Ketuhanan atau Kedewaan, melainkan satu aliran yang ingin membebaskan manusia dari lingkaran samsama (penderitaan) dan mencapai moksa. Maka dalam hal ini Buddha tidak jauh berbeda dengan Samkya, Wedanta, maupun Yoga.
Ajaran Buddha berpusat tanpa Trittipaka (tiga keranjang), karena terdiri dari 3 himpunan yang masing-masing berisi pokok ajaran Budha:
1.    Winayapittaka, berisi segala macam peraturan dan hukuman yang menentukan cara hidup pemeluknya.
2.    Sutrantapittaka, berisi wejanganm sang Buddha.
3.    Abhidharmapittaka, berisi penjelasan dan kepuasan mengenai soal keagamaan.
Selain mempunyai kitab suci Tripittaka, para pemeluk agama Buddha juga mempunyai ikrar, yang disebut Trisarana (3 tempat perlindungan) sebagai berikut:
1.    Saya berlindung kepada Buddha.
2.    Saya berlindung kepada Dharma.
3.    Saya berlindung kepada Sangha.
Buddha adalah Siddharta yang sudah dianggap “dewa” sedangkan Dharma adalah ajarannya dan Sangha adalah perkumpulan dalam agama Buddha atau masyarakat Buddha. Sangha yang hidup dan tinggal di biara disebut biksu (laki-laki) dn biksuni (wanita).
Agama Buddha yang pernah berpengaruh di India bahkan pernah menjadi agama negara ini akhirnya mengalami perpecahan, karena masing-masing mempunyai prinsip dan pandangan yang berbeda. Agama Buddha menjadi aliran Hinayana (kendaraan kecil) yang berpendapat bahwa tiap-tiap orang harus berusaha sendiri-sendiri tanpa bantuan orang lain untuk bersama-sama saling membantu untuk masuk nirwana.
Pengikut agama Buddha berkembang sampai wilayah Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Namun kemudian surut, hal ini antara lain disebabkan, pertama Kaisar Asoka sebagai pendukung utama wafat (232 SM) dan tidak ada raja yang melindungi dan mengembangkan. Keudua, kebangkitan kembali Hindu dengan penyempurnaan, sehingga menarik kembali para pengikutnya.
Pokok ajaran Buddha berupa Aryasatyani atau kebenaran utana dan Patritryasamutpada artinya rantai sebab akibat. Aryasatyani ada 4 pokok:
1.    Hindu adalah penderitaan.
2.    Penderitaan disebabkan karena tresna atau haus hasrat akan hidup.
3.    Penderitaan bisa dihentikan dengan menindas tresna.
4.    Tresna dapat ditindas dengan astavida (8 jalan kebenaran):
a)    Pemandangan (ajaran) yang benar.
b)    Niat atau sikap yang benar.
c)    Perkataan yang benar.
d)    Tingkah laku yang benar.
e)    Penghidupan yang benar.
f)     Usaha yang benar.
g)    Perhatian yang benar.
h)    Semedi yang benar.
Pratitryasamutpada berisi 12 hal yang saling berkaitan, masing-masing merupakan sebab bagi hal berikutnya atau menjadi akibat dari hal yang terdahulu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar