PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDONESIA



Ajaran Hindu bersumber pada kitan Weda (Veda) artinya pengetahuan tertinggi tentang agama yang terdiri dari 4 samhita, sebagai berikut:
a.    Regweda, berisi syair-syair pujian kepada dewa, ajaran-ajaran Hindu. Kitab ini merupakan kitab tertua dan kemungkinan muncul pada waktu bangsa Arya masih berada di Punjab.
b.    Samaweda, berisi nyanyian pujian kepada dewa yang wajib dilakukan pada waktu melaksanakan upacara dari regweda atau upacara agama.

c.    Yayurweda, berisi doa-doa yang diucapkan pada waktu upacara diiringi syair-syiar pujian dan nyanyian dari samaweda. Munculnya kitab ini diperkirakan ketika bangsa Arya menguasai daerah Gangga Tengah.
d.   Atharwaweda, berisikan mantera-mantera untuk sihir dan ilmu gaib, mengusir penyakit, mengikat cinta, memperoleh kedudukan dan kuasa, dan menghancurkan musuh. Diperkirakan kitab ini, muncul pada waktu bangsa Arya menguasai Gangga Hilir.
Sebagai agama sinkretisme (antara kebudayaan Arya dan bangsa Dravida) maka Hindu bersifat politheisme (memuja banyak dewa), seperti Dewa Surya (Dewa Matahari), Prativi (Dewa Bumi), Vayu/Bayu (Dewa Angin), Agni (Dewa Api), Varuna/Baruna (Dewa Laut), dan Dewa Indra (Dewa Petir). Diantara dewa-dewa yang ada, Dewa Indra dan Dewa Agni yang banyak dipuja, sebab api yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Sebab setiap upacara api menjadi syarat utama yang tidak boleh dilupakan.
Selain bercirikan kepada pengenalan terhadap benyak dewa, ciri khas Hindu adalah adanya sistem kasta. Masyarakat dibagi dalam 4 kasta atau yang disebut dengan catur warga. 4 kasta tersebut sebagai berikut:
1.    Kasta Brahmana, yaitu kastanya para pendeta dan pemimpin agama.
2.    Kasta Ksatria, yaitu kastanya para bangsawan dan para penyelenggara pemerintahan.
3.    Kasta Waisya, yaitu kastanya para pedagang dan kaum buruh.
4.    Kasta Sudra, yaitu kastanya petani, buruh krcil, dan budak.
Dalam sistem ini maka kasta Brahmana memegang kekuasaan yang tertinggi, segala sesuatu tergantung pada Brahmana. Sebab dalam sistem keagamaan Hindu yang identik dengan upacara, maka para Behamanalah yang memegang peran utama.
Selain mengenal sistem kasta, dalam agama Hindu juga dikenal catur acrama (4 tingkatan hidup). Berikut catur acrama tersebut:
1.    Brahmacarin, yaitu tingkat dimana anak-anak diserahkan kepada kaum Brahmana untuk diajar berbagai ilmu pengetahuan dan mencari sabuk kasta.
2.    Grhastha, yaitu tingkat dimana setiap orang yang sudah selesai tahapan Brahmacarin siap untuk memasuki hidup berkeluarha, atau membentuk keluarga.
3.    Wanapprastha, yaitu tingkatan dimana seseorang yang sudah berkeluarga dan mampunyai anak-cucu, kemudian meninggalkan keluarga termasuk istrinya, untuk mengasingkan diri bertapa mencari hakikat hidup.
4.    Sanyasin dan pariwarayaka, ditingkat ini adalah tingkat akhir dalam kehidupan manusia dimana manusia menjadi seorang petapa mengembara kesana kemari. Pengembaraan ini dilakukan sampai meninggal dunia.
Pemujaan kepada dewa dalam agama Hindu ini diwujudkan dalam bentuk patung-patung dewa. Agama Hindu berintikan pada pemujaan banyak dewa (sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa) yang masing-masing mewakili kekuatan alam. Di antara dewa-dewa tersebut yang paling tinggi adalah Trimirti (Tiga Dewa Utama) yakni Brahma yang dianggap sebagai pencipta, Wisnu sebagai pamelihara, Shiwa sebagai perusak, dan umumnya Shiwa sebagai dewa yang paling banyak dipuja dan dianggap sebagai dewa yang tertinggi, karena selain ditakuti Shiwa juga dipuja sebagai Mahadewa, Mahakala, Mahaguru, dan Mahayogi. Pemeluk agama Hindu dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu golongan Waisnawa (Pemuja Dewa Wisnu) dan golongan Saiwa (Pemuja Dewa Shiwa).
Beberapa cara mencapai Nirwana:
1.    Manusia wajib menjalankan dharma, artha, dan kama. Dharma artinya kewajiban sebagai manusia untuk berbuat baik. Artha artinya perbuatan manusia untuk memberikan sebagian miliknya untuk orang lain. Kama artinya tidak berlebihan merasakan kenikmatan duniawi.
2.    Untuk Triwangsa, Brahma, Ksatria, Waisya. Diwajibkan untuk mempelajari kitab suci Weda, dan melakukan catur acrama.
3.    Melakukan upacara keagamaan yang biasanya berupa upacara korban atau yajna. Dalam kehidupan keluarga bisa berupa yajna besar seperti upacara penobatan raja, memetik buah yang pertama, menyongsong datangnya suatu musim, dan yajna kecil seperti sembahyang setiap hari, kelahiran anak, potong gigi, dan potong rambut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar