Ajaran Hindu bersumber pada kitan Weda (Veda)
artinya pengetahuan tertinggi tentang agama yang terdiri dari 4 samhita,
sebagai berikut:
a. Regweda, berisi syair-syair pujian kepada dewa,
ajaran-ajaran Hindu. Kitab ini merupakan kitab tertua dan kemungkinan muncul
pada waktu bangsa Arya masih berada di Punjab.
b. Samaweda, berisi nyanyian pujian kepada dewa yang
wajib dilakukan pada waktu melaksanakan upacara dari regweda atau upacara
agama.
c. Yayurweda, berisi doa-doa yang diucapkan pada waktu
upacara diiringi syair-syiar pujian dan nyanyian dari samaweda. Munculnya kitab
ini diperkirakan ketika bangsa Arya menguasai daerah Gangga Tengah.
d. Atharwaweda, berisikan mantera-mantera untuk sihir dan
ilmu gaib, mengusir penyakit, mengikat cinta, memperoleh kedudukan dan kuasa,
dan menghancurkan musuh. Diperkirakan kitab ini, muncul pada waktu bangsa Arya
menguasai Gangga Hilir.
Sebagai agama sinkretisme (antara kebudayaan
Arya dan bangsa Dravida) maka Hindu bersifat politheisme (memuja banyak dewa),
seperti Dewa Surya (Dewa Matahari), Prativi (Dewa Bumi), Vayu/Bayu (Dewa
Angin), Agni (Dewa Api), Varuna/Baruna (Dewa Laut), dan Dewa Indra (Dewa
Petir). Diantara dewa-dewa yang ada, Dewa Indra dan Dewa Agni yang banyak dipuja,
sebab api yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Sebab setiap upacara api
menjadi syarat utama yang tidak boleh dilupakan.
Selain bercirikan kepada pengenalan terhadap
benyak dewa, ciri khas Hindu adalah adanya sistem kasta. Masyarakat dibagi
dalam 4 kasta atau yang disebut dengan catur warga. 4 kasta tersebut sebagai
berikut:
1. Kasta
Brahmana, yaitu kastanya
para pendeta dan pemimpin agama.
2. Kasta
Ksatria, yaitu kastanya para
bangsawan dan para penyelenggara pemerintahan.
3. Kasta
Waisya, yaitu kastanya para
pedagang dan kaum buruh.
4. Kasta
Sudra, yaitu kastanya
petani, buruh krcil, dan budak.
Dalam sistem ini maka kasta Brahmana memegang
kekuasaan yang tertinggi, segala sesuatu tergantung pada Brahmana. Sebab dalam
sistem keagamaan Hindu yang identik dengan upacara, maka para Behamanalah yang
memegang peran utama.
Selain mengenal sistem kasta, dalam agama
Hindu juga dikenal catur acrama (4 tingkatan hidup). Berikut catur acrama
tersebut:
1. Brahmacarin, yaitu tingkat dimana anak-anak diserahkan
kepada kaum Brahmana untuk diajar berbagai ilmu pengetahuan dan mencari sabuk
kasta.
2. Grhastha, yaitu tingkat dimana setiap orang yang
sudah selesai tahapan Brahmacarin siap untuk memasuki hidup berkeluarha, atau
membentuk keluarga.
3. Wanapprastha, yaitu tingkatan dimana seseorang yang sudah
berkeluarga dan mampunyai anak-cucu, kemudian meninggalkan keluarga termasuk
istrinya, untuk mengasingkan diri bertapa mencari hakikat hidup.
4. Sanyasin
dan pariwarayaka, ditingkat
ini adalah tingkat akhir dalam kehidupan manusia dimana manusia menjadi seorang
petapa mengembara kesana kemari. Pengembaraan ini dilakukan sampai meninggal
dunia.
Pemujaan kepada dewa dalam agama Hindu ini
diwujudkan dalam bentuk patung-patung dewa. Agama Hindu berintikan pada
pemujaan banyak dewa (sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa) yang
masing-masing mewakili kekuatan alam. Di antara dewa-dewa tersebut yang paling
tinggi adalah Trimirti (Tiga Dewa Utama) yakni Brahma yang dianggap sebagai
pencipta, Wisnu sebagai pamelihara, Shiwa sebagai perusak, dan umumnya Shiwa
sebagai dewa yang paling banyak dipuja dan dianggap sebagai dewa yang
tertinggi, karena selain ditakuti Shiwa juga dipuja sebagai Mahadewa, Mahakala,
Mahaguru, dan Mahayogi. Pemeluk agama Hindu dibagi menjadi 2 golongan besar,
yaitu golongan Waisnawa (Pemuja Dewa Wisnu) dan golongan Saiwa (Pemuja Dewa
Shiwa).
Beberapa cara mencapai Nirwana:
1. Manusia wajib menjalankan dharma, artha, dan
kama. Dharma artinya kewajiban sebagai manusia untuk berbuat baik. Artha
artinya perbuatan manusia untuk memberikan sebagian miliknya untuk orang lain.
Kama artinya tidak berlebihan merasakan kenikmatan duniawi.
2. Untuk Triwangsa, Brahma, Ksatria, Waisya.
Diwajibkan untuk mempelajari kitab suci Weda, dan melakukan catur acrama.
3. Melakukan upacara keagamaan yang biasanya
berupa upacara korban atau yajna. Dalam kehidupan keluarga bisa berupa yajna
besar seperti upacara penobatan raja, memetik buah yang pertama, menyongsong
datangnya suatu musim, dan yajna kecil seperti sembahyang setiap hari,
kelahiran anak, potong gigi, dan potong rambut.
0 komentar:
Posting Komentar